Ulasan Wisata Hijau Ubud di Pulau Bali. Pada akhir Oktober 2025, pasca-peringatan Hari Pariwisata Dunia dengan tema “Pariwisata dan Aksi Iklim” yang digelar seminggu lalu, Ubud kembali menjadi pusat perhatian wisata hijau di Bali. Kawasan ini, yang terletak di lereng pegunungan tengah pulau, dikelilingi sawah terasering hijau subur dan hutan tropis lebat, menawarkan pelarian berkelanjutan dari keramaian pantai selatan. Dengan luas sekitar 50 kilometer persegi, Ubud telah berevolusi dari desa seni tradisional menjadi model ekowisata global, di mana pengunjung bisa menikmati udara segar, meditasi di bawah pohon beringin kuno, dan kuliner organik tanpa meninggalkan jejak karbon berlebih. Di tengah proyeksi pertumbuhan pariwisata Bali mencapai 15 juta kunjungan tahun ini, ulasan wisata hijau Ubud ini menyoroti bagaimana harmoni alam dan budaya tetap terjaga, mengajak siapa saja untuk merasakan kedamaian yang autentik sambil berkontribusi pada pelestarian. BERITA BOLA
Jejak Hijau di Sawah Terasering dan Hutan Monyet: Ulasan Wisata Hijau Ubud di Pulau Bali
Ubud adalah surga bagi pecinta alam yang ingin berjalan kaki menyusuri jejak hijau tanpa terganggu polusi. Sawah terasering Tegallalang, yang membentang sepanjang 20 kilometer dengan sistem irigasi subak warisan UNESCO sejak 2012, menjadi ikon utama. Di pagi hari, kabut tipis menyelimuti padi hijau yang bergoyang ditiup angin, menciptakan pemandangan seperti lukisan hidup. Pengunjung bisa menyusuri jalur pejalan kaki sepanjang 3 kilometer, belajar tentang pertanian organik dari petani lokal yang menerapkan pupuk alami dari kotoran sapi, menghindari pestisida kimia yang merusak tanah vulkanik subur Bali.
Tak jauh dari sana, Hutan Monyet Sacred Monkey Forest Sanctuary—kawasan seluas 12 hektar yang dirawat sejak 1930-an—menawarkan pengalaman interaksi alam yang unik. Di antara 186 jenis pohon tropis dan 700 ekor monyet ekor panjang yang bebas berkeliaran, pengunjung diajak merenung di candi Pura Dalem Agung yang berusia ratusan tahun. Ulasan terbaru dari wisatawan pasca-event iklim Oktober ini menekankan betapa tenangnya berjalan di sini: suara kicau burung dan gemericik sungai Ayung yang mengalir deras, tanpa suara kendaraan. Di 2025, inisiatif penanaman bibit pohon endemik seperti jati bali telah menambah 5.000 pohon baru, memastikan hutan ini tetap menjadi paru-paru Ubud. Bagi yang mencari petualangan ringan, bersepeda bambu mengelilingi sawah jadi pilihan ramah lingkungan, di mana setiap putaran roda membawa rasa syukur atas keberlimpahan alam yang masih utuh.
Pengalaman Wellness dan Sentuhan Seni Lokal: Ulasan Wisata Hijau Ubud di Pulau Bali
Wisata hijau Ubud tak lengkap tanpa dimensi wellness yang menyatu dengan budaya. Kawasan ini dikenal sebagai pusat yoga dan meditasi global, dengan studio terbuka di tepi sawah yang menawarkan kelas pagi menghadap Gunung Agung. Di 2025, tren “slow travel” semakin marak, di mana pengunjung menghabiskan hari dengan sesi pranayama di bawah naungan pohon waru, diikuti pijat tradisional Balinese menggunakan minyak esensial dari tanaman lokal seperti serai dan kunyit. Ulasan dari peserta forum pariwisata berkelanjutan bulan lalu sering memuji bagaimana pengalaman ini bukan sekadar relaksasi, tapi juga pembelajaran: memahami filosofi Tri Hita Karana—keseimbangan antara manusia, alam, dan sesama—yang menjadi dasar kehidupan masyarakat Ubud.
Seni menjadi jembatan lain menuju keberlanjutan. Pasar seni Ubud, yang ramai sejak pagi, penuh dengan kerajinan tangan dari bambu daur ulang dan kain tenun alami, mendukung 500 lebih pengrajin lokal. Kunjungan ke galeri terbuka atau workshop melukis di tepi sungai memungkinkan wisatawan mencipta karya sambil mendengar cerita tentang legenda Ramayana yang menginspirasi seni Bali. Di musim ini, festival seni jalanan dengan tema lingkungan—seperti instalasi dari sampah plastik yang diubah jadi patung—menambah warna, mengajak pengunjung berpikir ulang tentang konsumsi. Pengalaman ini terasa santai: sarapan nasi goreng organik di warung tepi sawah, diikuti sesi tari kecak di bawah bintang malam, menciptakan ikatan emosional yang membuat Ubud terasa seperti rumah kedua bagi jiwa yang lelah.
Komitmen Pelestarian: Menavigasi Tantangan Pertumbuhan
Di balik pesona hijau Ubud, komitmen pelestarian menjadi kunci utama. Sejak 2020, program zero-waste telah diterapkan di 80 persen akomodasi, dengan kompos limbah organik yang menyuburkan sawah lokal dan mengurangi metana hingga 30 persen. Pasca-forum hospitality berkelanjutan pada 22 Oktober 2025 di Nusa Dua, Ubud mendapat dorongan dana untuk perluasan jalur pejalan kaki anti-erosi, melindungi sungai dari sedimentasi akibat hujan deras. Masyarakat desa seperti Peliatan dan Padang Tegal aktif dalam patroli hutan, mencegah pembakaran ilegal yang mengancam biodiversitas 200 spesies burung endemik.
Tantangan tetap ada: lonjakan wisatawan 20 persen tahun ini menekan sumber daya air, tapi solusi seperti pengelolaan air hujan dan kuota harian di spot populer mulai berjalan. Ulasan dari pakar lingkungan menyoroti bagaimana kolaborasi antara pemerintah, NGO, dan komunitas—seperti inisiatif penangkaran penyu di pantai timur yang terkoneksi dengan Ubud—membuat pariwisata hijau ini berkelanjutan. Di 2025, sertifikasi ekowisata untuk 50 lebih usaha kecil telah diberikan, memastikan pendapatan merata tanpa merusak ekosistem. Ini bukan sekadar upaya; ia adalah janji kolektif agar Ubud tetap hijau, di mana setiap pengunjung pulang dengan cerita inspiratif tentang harmoni yang bisa direplikasi di mana saja.
Kesimpulan
Ubud adalah bukti bahwa wisata hijau bisa jadi lebih dari sekadar tren—ia adalah gaya hidup yang menyegarkan jiwa dan menjaga bumi. Dari jejak sawah yang membentang hingga sesi wellness yang mendamaikan, setiap elemennya mengajak kita hidup lebih sadar. Pada akhir 2025, dengan momentum aksi iklim yang masih bergema, Ubud siap menyambut lebih banyak traveler yang bertanggung jawab, asal kita semua ikut menjaga. Bagi yang merindukan pelarian autentik, datanglah ke sini: rasakan angin segar di antara padi hijau, ikuti irama gamelan di malam hari, dan biarkan pesonanya mengubah pandanganmu tentang liburan. Ini adalah undangan untuk kembali ke alam, dengan hati yang lebih ringan dan tangan yang siap melindungi—agar keindahan Ubud abadi untuk generasi selanjutnya.